Minggu, 29 Mei 2022

3.2.a9. Koneksi Antarmateri-Pemimpin dalam pengelolaan sumber daya

 

3.2.a.9. Koneksi Antar Materi – Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

Pendidikan Guru Penggerak

3.2.a.9. Koneksi Antar Materi – Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

Oleh :

NUR ZUAFAH – CGP Angkatan 4

SD Negeri Ngetuk 01

Kabupaten Pati

Sintesis Berbagai Materi

1.  Pada sesi pembelajaran kali ini, Anda diberikan tantangan untuk membuat kesimpulan dan juga koneksi antara semua materi yang telah diberikan dalam modul ini dengan materi lainnya selama mengikut proses Pelatihan Guru Penggerak.

Sekolah  merupakan tempat terjadinya interaksi antara faktor biotik dan abiotic. Faktor biotik terdiri atas murid, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, orang tua, dan masyarakat sekitar. Sedangkan faktor abiotik terdiri atas keuangan serta sarana dan prasarana. Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lain sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah faktor abiotik akan saling mempengaruhi dan membutuhkan keterlibatan satu sama lain, sedangkan faktor abiotik yang akan menunjang keberhasilan proses pembelajaran di sekolah

Dengan mengetahui sumber daya dan  komponen penting dalam ekosistem sekolah, maka sebagai pemimpin pembelajaran harus bisa memetakan 7 aset atau modal utama dalam sekolah dan tugas sebagai pemimpin adalah bagaimana mengelola ketujuh aset sekolah atau sumber daya tersebut untuk kepentingan dan kemajuan sekolah. 7 aset atau sumber daya sekolah tersebut antara lain:

  • Modal Manusia
  • Modal Fisik
  • Modal Sosial
  • Modal Finansial
  • Modal Politik
  • Modal Lingkungan/ Alam
  • Modal Agama dan budaya

Ada dua pendekatan berfikir dalam pengelolaan asset:

  • Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking)  yang melihat dengan cara pandang negatif.  Memfokuskan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja.
  • Pendekatan  berbasis aset (Asset-Based Thinking) yang memfokuskan pikiran pada kekuatan positif, pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

Perbedaan antara pendekatan berbasis kekurangan dengan pendekatan berbasis aset dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Berbasis pada kekurangan/masalah/hambatanBerbasis pada asset
Fokus pada masalah dan isu dan kekuatanFokus pada asset
Berkutat pada masalah utamaMembayangkan masa depan
Mengidentifikasi kebutuhan dan kekurangan – selalu bertanya apa yang kurang?Berpikir tentang kesuksesan yang telah diraih dan kekuatan untuk mencapai kesuksesan tersebut
Fokus mencari bantuan dari sponsor atau institusi lainMengorganisasikan kompetensi dan sumber daya (aset dan kekuatan)
Merancang program atau proyek untuk menyelesaikan masalahMerancang sebuah rencana berdasarkan visi dan kekuatan
Mengatur kelompok yang dapat melaksanakan proyekMelaksanakan rencana aksi yang sudah diprogramkan.

(Green & Haines, 2010)

Seorang pemimpin wajib membangun ekosistem yang dapat merangsang kreativitas

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan “Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya” adalah seorang pemimpin wajib membangun ekosistem yang dapat merangsang kreativitas untuk menunjang keberhasilan tujuan pendidikan. Keberhasilan sebuah proses pembelajaran sangat tergantung pada cara pandang dalam melihat ekosistem tersebut. Dalam hal ini modal yang ada apakah sebagai kekuatan atau sebagai kekurangan. Pemimpin yang memandang semua yang dimiliki adalah suatu kekuatan tidak akan berfokus pada kekurangan, namun berupaya pada pemanfaatan aset atau sumber daya yang dimiliki. Dengan kata lain pemimpin harus bisa memberdayakan sumber daya yang ada di sekolahnya untuk mengembangkan dan memajukan sekolah sehingga dapat mencapai visi dan misi sekolah itu.

Modul 3.2 Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya ini memiliki keterkaiatan dengan modul-modul sebelumnya. Koneksi antarmateri atau keterkaitan itu terangkum dalam definisi pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara, “ Maksud pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat”.  Itu merupakan kata kunci keterkaitan antara modul 3.2 dengan modul-modul yang telah dipelajari sebelumnya. Koneksi antarmaterinya sebagai berikut:

  • Modul 1.1 Refleksi Filosofi Pendidikan KHD

Pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak. agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Dalam hal ini anak-anak/murid adalah aset yang kita optimalkan untuk dididik sesuai kodrat alam dan  kodrat zamannya.

  • Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak

Jika dikaitkan dengan nilai-nilai dan peran guru penggerak, sebagai pemimpin pengelolaan sumber daya harus memiliki nilai positif seperti Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, berkebinekaan global, bergotong royong dan kreatif. Dalam hal ini manusia/ guru adalah sebagai orang dewasa yang harus menyadari segala peran dan nilai yang melekat dalam dirinya dan diyakini merupakan aset untuk menuntun tumbuh kembang anak-anak atau murid sesuai dengan potensi yang ada dalam diri mereka. 

  • Modul 1.3 Visi Guru Penggerak

Mengelola sumber daya bisa dilakukan melalui pendekatan berbasis aset dan pendekatan berbasis masalah. Sesuai dengan paradigma Inkuiri Apresiatif (IA) maka prinsip yang digunakan dalam pengelolaan adalah prinsip yang berbasis dengan kekuatan yang dimiliki (aset). IA menggunakan prinsip-prinsip utama psikologi positif dan pendidikan positif. Pendekatan IA percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Inti positif ini merupakan potensi dan aset organisasi. Dengan demikian, dalam implementasinya, IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki organisasi, sebelum organisasi menapak pada tahap selanjutnya dalam melakukan perencanaan perubahan melalui manajemen BAGJA (Buat pertanyaan, Atur ekskusi, Gali mimpi, dan Jabarkan rencana).

  • Modul 1.4 Budaya Positif

Supaya pemimpin pembelajaran dapat bersinergis dengan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, maka budaya positif perlu dilakukan. Dalam hal ini murid merupakan aset utama di sekolah. Dengan pemetaan berbasis aset akan fokus pada hal-hal positif yang ada dalam diri murid, yang pada akhirnya akan menumbuhkan budaya positif yang mendorong terbentuknya lingkungan belajar yang nyaman dan kondusif. Pemimpin pembelajaran dalam mengelola sumber daya bukan sebagai penghukum, pembuat rasa bersalah, teman, pengawas melainkan sebagai manajer. Sehinggga bertanya dan membuat kesepakatan kelas, menanyakan harapan, dan apa yang perlu diperbaiki, menumbuhkan disiplin dari dalam diri dan motivasi intrinsik.

  • Modul 2.1 Memenuhi Kebutuhan Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi

Setiap siswa memiliki latar belakarng yang berbeda, memiliki bakat dan minat yang berbeda karena pada hakikatnya siswa memiliki multiple inteligensi. Sebagai pengelola sumber daya dalam pembelajaran kita harus menyadari bahwa setiap anak dilahirkan dalam kodrat yang berbeda-beda, dan perbedaan itu sendiri adalah aset yang memperkaya keragaman, maka pembelajaran berdiferensiasi menjadi solusi terbaik untuk memfasilitasi dan menyatukan keragaman berdasarkan bakat dan minat, kesiapan belajar maupun profil belajar siswa. Adapun startegi yang digunakan adalah strategi proses, strategi konten dan strategi produk.

  • Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional

Pemimpin pembelajaran harus menyadari bahwa emosi menentukan bagaimana kita mengambil keputusan dalam pengelola sumber daya yang ada. Kompetensi Sosial Emosional meliputi Kesadaran Diri (Pengenalan Emosi), Kesadaran Sosial (Empati), Pengelolaan Diri (Pengelolaan emosi dan fokus), Pengambilan keputusan yang bertanggungjawab, Ketrampilan Sosial (Resiliensi). Pembelajaran sosial emosional itu diperlukan agar semua warga sekolah memiliki kemampuan untuk mengenali emosi, berempati, pengelolaan diri yang baik, memiliki keterampilan sosial, dan mampu membuat keputusan yang bertanggung jawab. Dengan demikian upaya untuk mengantarkan murid, guru, dan semua warga sekolah mencapai keselamatan dan kebahagiaan (wellbeing) dapat tercapai.

  • Modul 2.3 Coaching

Coaching menjadi salah satu proses menuntun belajar murid untuk mencapai kekuatan kodratnya, Sebagai seorang pamong. Guru dapat memberikan tuntunan melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif dan efektif agar kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya. Praktik coaching ini dilakukan untuk menuntun segala kekuatan kodrat agar murid, guru, dan semua warga sekolah dapat meningkatkan potensinya. Dengan proses coaching mereka akan mampu menemukan jalan keluar dari permasalahan yang mereka hadapi sendiri, dan juga akan dapat menentukan tujuan yang diharapkan.

  • Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Proses Coacing bisa dijadikan acuan dalam pengelola sumberdaya untuk melakukan pengambilan keputusan baik yang sifatnya dilema etika maupun bujukan moral. Pengambilan keputusan yang kita ambil jika berpedoman pada 9 langkah dalam mengambil keputusan pemimpin pembelajaran tentu sudah mencerminkan pengajaran yang berpihak pada murid, yang memerdekakan murid, meski dalam praktikknya memilih dilema etika itu sangat sulit.  Kemampuan seorang pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan akan mempengaruhi pencapaian tujuan maksud pendidikan. Dengan pengetahuan pengambilan keputusan yang baik, maka seorang pemimpin pembelajaran akan mampu menyelesaikan masalah. Dengan demikian pemimpin dapat melakukan pemetaan aset dengan tepat dan dapat diterapkan secara optimal.

  • 3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

Kemampuan seorang pemimpin pembelajaran dalam mengelola tujuh aset atau modal utama di daerah dan sekolahnya adalah sebuah kekuatan untuk pencapaian tujuan pendidikan yakni mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya (wellbeing). 

2. Buatlah kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan ‘Pemimpin Pembelajaran  dalam Pengelolaan Sumber Daya’ dan bagaimana Anda bisa mengimplementasikannya di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah.  

Pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya adalah pemimpin yang mampu mengenali potensi dan kekuatan yang ada lalu memanfaatkannya untuk pembelajaran agar bisa optimal dan mendukung merdeka belajar. Sebagai seorang pemimpin akan lebih baik jika memanfaatkan sumber daya yang ada tanpa banyak melihat sisi kekurangannya.
Setiap organisasi pasti memiliki pemimpin untuk pemanfaatan sumber daya yang ada untuk mencapai visi dan misi. Organisasi sekolah merupakan lembaga pemerintah yang memiliki ruang lingkup yang jelas dan masyarakat haruslah mempunyai pemimpin yang mampu mengelola dan memanfaatkan segala sumber daya yang ada untuk sampai pada tujuan pendidikan. Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya yang ada di sekolah sebaiknya lebih menekankan pada pendekatan berbasis aset atau lebih dikenal dengan Pendekatan Komunitas Berbasis Aset (PKBA).  Pendekatan PKBA menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar menjadi lebih berdaya guna. Pendekatan PKBA menekankan kepada kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri. Dengan demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan. Pendekatan PKBA merupakan pendekatan yang digerakkan oleh seluruh pihak yang ada di dalam sebuah komunitas atau disebut sebagai community-driven development.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemimpin dalam pengelolaan sumber daya merupakan sosok yang memiliki kemampuan dalam mengidentifikasi, mengelola, dan memanfaatkan berbagai aset-aset yang dimiliki oleh sekolah dalam rangka mewujudkan visi dan misi sekolah untuk mencapai peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

Implementasi peran pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya dengan menggunakan pendekatan ABCD  dan bersinergi dengan semua pihak yang ada di sekolah dari guru, tenaga pendidik, siswa, orang tua, dan  masyarakat sekitar sekolah untuk bekerja sama dalam mengidentifikasi dan memetakan segala sumber daya (aset) yang dimiliki sekolah serta menjadikan segala aset tersebut sebagai kekuatan yang dimiliki oleh sekolah untuk dikelola dan dimanfaatkan dalam rangka meningkatkan mutu sekolah. Kemudian menyusun prakarsa perubahan menggunakan BAGJA.

3.  Jelaskan dan berikan contoh bagaimana hubungannya pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas.  

Sekolah merupakan sebuah ekosistem pendidikan yang memiliki interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Dalam hal ini ada beberapa faktor yang memengaruhi ekosistem sekolah dari faktor biotik meliputi murid, Kepala Sekolah, guru, tenaga ependidikan, pengawas sekolah, orang tua dan masyarakat di sekitar sekolah. Sedangkan faktor abiotik meliputi biaya/ anggaran/keuangan, rarana dan prasarana, kurikulum, dan peraturan yang ada.

Berdasrkan beberapa sumber daya yang ada di sekolah tersebut tentu memiliki kontribusi dan hubungan dalam membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih bermutu apabila sumber daya dikelola secara tepat. Misalnya:

  • Modal Manusia, contoh: Guru yang  mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid akan mendorong tumbuh kembang murid untuk menggali potensi dirinya. Murid beragam juga menjadi asset untuk memaksimalkan minat, bakat masing-masing.
  • Modal Fisik, contoh: bangunan sekolah dan lingkungan sekitar serta sarana dan prasarana yang memadai akan menunjang pembelajaran murid menjadi lebih efektif dan efisien.
  • Modal Alam/lingkungan, contoh: lingkungan yang asri dan udara sejuk dapat membuat murid merasa nyaman belajar di dalam maupun luar kelas, serta bisa dimanfaatkan untuk media belajar.
  • Modal Politik, contoh: keterlibatan guru dalam organisasi profesi seperti KKKS dan KKG dapat membantu meningkatkan kompetensi guru yang berimbas pada perubahan kualitas belajar murid.
  • Modal Finansial, contoh: Dana APBN, APBD, bantuan komite sekolah dapat membantu operasional sekolah.
  • Modal Sosial, contoh: Relasi baik dengan lembaga lembaga lain baik puskesmas, TPQ, balai desa, dan aparat di sekitar sekolah dapat menjadi sumber belajar murid maupun pendukung kelancaran belajar siswa
  • Modal Agama dan Budaya, contoh: Pembiasaan positif seperti mengaji TPQ dapat membantu murid yang beragama Islam untuk memahami dan mendalami ajaran agama Islam, kegiatan peringatan maulud nabi dan sedekah bumi sebagai dapat membantu murid untuk mengenal identitas agama dan budaya daerah setempat. Pembelajaran Seni Suara Daerah yang ada di sekolah juga sebagai wujud untuk mengenalkan anak lagu-lagu daerah dan melestarikannya.

Setiap sumber daya di atas memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Sebagai pemimpin pembelajaran kita harus bisa mengidentifikasi aset yang dimiliki sebagai kelebihan dari sumber daya, manfaatkan sumber daya yang ada dengan semaksimal mungkin dengan mengesampingkan kekurangan yang ada agar proses pembelajaran berjalan dengan maksimal dan berkualitas. Cara mengelolanya yaitu dengan cara: fokus pada aset dan kekuatan, membayangkan masa depan, berpikir tentang kesuksesan yang telah diraih dan kekuatan untuk mencapai kesuksesan tersebut, mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya (aset dan kekuatan), merancang sebuah rencana berdasarkan visi dan kekuatan, dan melaksanakan rencana aksi yang sudah diprogramkan

4. Berikan beberapa contoh bagaimana materi ini juga berhubungan dengan materi lain yang Anda dapatkan sebelumnya selama mengikuti proses Pelatihan Guru Penggerak.

  • Kaitan Modul 3.2 dengan Modul 1.1 Refleksi Filosofi Pendidikan KHD

Pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak. agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Dalam hal ini anak-anak/murid adalah aset yang kita optimalkan untuk dididik sesuai kodrat alam dan  kodrat zamannya.

  • Kaitan Modul 3.2 dengan Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak

Jika dikaitkan dengan nilai-nilai dan peran guru penggerak, sebagai pemimpin pengelolaan sumber daya harus memiliki nilai positif seperti Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, berkebinekaan global, bergotong royong dan kreatif. Dalam hal ini manusia/ guru adalah sebagai orang dewasa yang harus menyadari segala peran dan nilai yang melekat dalam dirinya dan diyakini merupakan aset untuk menuntun tumbuh kembang anak-anak atau murid sesuai dengan potensi yang ada dalam diri mereka. 

  • Kaitan Modul 3.2 dengan Modul 1.3 Visi Guru Penggerak

Mengelola sumber daya bisa dilakukan melalui pendekatan berbasis aset dan pendekatan berbasis masalah. Sesuai dengan paradigma Inkuiri Apresiatif (IA) maka prinsip yang digunakan dalam pengelolaan adalah prinsip yang berbasis dengan kekuatan yang dimiliki (aset). IA menggunakan prinsip-prinsip utama psikologi positif dan pendidikan positif. Pendekatan IA percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Inti positif ini merupakan potensi dan aset organisasi. Dengan demikian, dalam implementasinya, IA dimulai dengan menggali hal-hal positif, keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki organisasi, sebelum organisasi menapak pada tahap selanjutnya dalam melakukan perencanaan perubahan melalui manajemen BAGJA (Buat pertanyaan, Atur ekskusi, Gali mimpi, dan Jabarkan rencana).

  • Kaitan Modul 3.2 dengan Modul 1.4 Budaya Positif

Supaya pemimpin pembelajaran dapat bersinergis dengan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, maka budaya positif perlu dilakukan. Dalam hal ini murid merupakan aset utama di sekolah. Dengan pemetaan berbasis aset akan fokus pada hal-hal positif yang ada dalam diri murid, yang pada akhirnya akan menumbuhkan budaya positif yang mendorong terbentuknya lingkungan belajar yang nyaman dan kondusif. Pemimpin pembelajaran dalam mengelola sumber daya bukan sebagai penghukum, pembuat rasa bersalah, teman, pengawas melainkan sebagai manajer. Sehinggga bertanya dan membuat kesepakatan kelas, menanyakan harapan, dan apa yang perlu diperbaiki, menumbuhkan disiplin dari dalam diri dan motivasi intrinsik.

  • Kaitan Modul 3.2 dengan Modul 2.1 Memenuhi Kebutuhan Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi

Setiap siswa memiliki latar belakarng yang berbeda, memiliki bakat dan minat yang berbeda karena pada hakikatnya siswa memiliki multiple inteligensi. Sebagai pengelola sumber daya dalam pembelajaran kita harus menyadari bahwa setiap anak dilahirkan dalam kodrat yang berbeda-beda, dan perbedaan itu sendiri adalah aset yang memperkaya keragaman, maka pembelajaran berdiferensiasi menjadi solusi terbaik untuk memfasilitasi dan menyatukan keragaman berdasarkan bakat dan minat, kesiapan belajar maupun profil belajar siswa. Adapun startegi yang digunakan adalah strategi proses, strategi konten dan strategi produk.

  • Kaitan Modul 3.2 dengan Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional

Pemimpin pembelajaran harus menyadari bahwa emosi menentukan bagaimana kita mengambil keputusan dalam pengelola sumber daya yang ada. Kompetensi Sosial Emosional meliputi Kesadaran Diri (Pengenalan Emosi), Kesadaran Sosial (Empati), Pengelolaan Diri (Pengelolaan emosi dan fokus), Pengambilan keputusan yang bertanggungjawab, Ketrampilan Sosial (Resiliensi). Pembelajaran sosial emosional itu diperlukan agar semua warga sekolah memiliki kemampuan untuk mengenali emosi, berempati, pengelolaan diri yang baik, memiliki keterampilan sosial, dan mampu membuat keputusan yang bertanggung jawab. Dengan demikian upaya untuk mengantarkan murid, guru, dan semua warga sekolah mencapai keselamatan dan kebahagiaan (wellbeing) dapat tercapai.

  • Kaitan Modul 3.2 dengan Modul 2.3 Coaching

Coaching menjadi salah satu proses menuntun belajar murid untuk mencapai kekuatan kodratnya, Sebagai seorang pamong. Guru dapat memberikan tuntunan melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif dan efektif agar kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya. Praktik coaching ini dilakukan untuk menuntun segala kekuatan kodrat agar murid, guru, dan semua warga sekolah dapat meningkatkan potensinya. Dengan proses coaching mereka akan mampu menemukan jalan keluar dari permasalahan yang mereka hadapi sendiri, dan juga akan dapat menentukan tujuan yang diharapkan.

  • Kaitan Modul 3.2 dengan Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Proses Coacing bisa dijadikan acuan dalam pengelola sumberdaya untuk melakukan pengambilan keputusan baik yang sifatnya dilema etika maupun bujukan moral. Pengambilan keputusan yang kita ambil jika berpedoman pada 9 langkah dalam mengambil keputusan pemimpin pembelajaran tentu sudah mencerminkan pengajaran yang berpihak pada murid, yang memerdekakan murid, meski dalam praktikknya memilih dilema etika itu sangat sulit.  Kemampuan seorang pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan akan mempengaruhi pencapaian tujuan maksud pendidikan. Dengan pengetahuan pengambilan keputusan yang baik, maka seorang pemimpin pembelajaran akan mampu menyelesaikan masalah. Dengan demikian pemimpin dapat melakukan pemetaan aset dengan tepat dan dapat diterapkan secara optimal.

5. Ceritakan pula bagaimana hubungan antara sebelum dan sesudah Anda mengikuti pelatihan terkait modul ini, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri Anda setelah Anda mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini.

Sebelum mempelajari modul 3.2 ini, pemahaman saya tentang aset yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan di sekolah hanyalah sumber daya yang ada di sekolah seperti gedung dan sarana prasarana yang dimiliki sekolah. Sebelumnya saya tidak pernah memikirkan sumber daya/aset/modal yang dimiliki sekolah karena dalam pikiran saya hanya seorang guru. Namun setelah mempelajari modul 3.2 ini secara tidak langsung saya menyadari sebenarnya sekolah saya sudah memanfaatkan asset yang ada di sekitar sekolah seperti melakukan MOu dengan puskesmas untuk kegiatan imunisasi maupun penyuluhan siswa, bekerja sama dengan balai desa untuk menggunkana lapangan desa untuk kegiatan siswa, bekerja sama dengan TPQ untuk membantu kegiatan keagamaan siswa, dan bekerja sama dengan perguruan pencak silat untuk melatih siswa yang berminat di bidang olahraga silat.

Saya merasa senang banyak ilmu yang saya dapatkan baik secara mandiri maupun diskusi sesama rekan sejawat dan tentunya bisa diterapkan untuk membuat suatu program yang membawa dampak pada murid. Seorang pemimpin pembelajaran harus berpikir kritis dan kreatif dalam mengelola sumber daya yang ada di sekolah. Fokusnya adalah kelebihan yang dimiliki dengan mengesampingkan kekurangan. Mengidentifikasi dan mengelola hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, menjadi inspirasi, dan menjadi kekuatan yang positif. Dengan begitu diharapkan bisa membawa dampak yang signifikan terhadap transformasi pendidikan baik dari aspek modal manusia, modal fisik, modal finansial, politik, modal alam/lingkungan, dan modal agama serta budaya.

Rabu, 25 Mei 2022

Tulisan Reflektif modul 3.1

 

Tulisan Reflektif

Oleh Nur Zuafah

CGP Angkatan 4 Kabupaten Pati

 

Modul 3.2. pemimpin dalam sumber daya menyadarkan diri akan jadi diri kita sebagai salah satu asset yang ada di sekolah. Selama ini, kita hanya menggali asset apa yang ada di lingkungan sekitar kita yang bisa kita gunakan untuk mengembangkan dan memajukan sekolah. Padahal kita sendiri adalah asset yang bisa dimaksimalkan untuk meningkatkan kualitas sekolah kita.

Secara factual kita hanya melihat segala sesuatu yang terjadi dan ada di sekitar kita dari sisi kekurangan dan masalahnya saja, tanpa melihat bahwa dari setiap kekurangkan pasti ada kelebihan yang bisa kita manfaatkan. Dan dari setiap masalah selalu ada potensi yang bisa kita gunakan untuk merendam segala masalah yang ada. kita sebagai guru yang juga sebagai pemimpin bisa memberdayakan diri kita sendiri dan mengoptimalkan kekuatan/asset yang kita miliki untuk membangun dan menciptakan segala sesuatu yang positif.

Proses pengoptimalisasian dan pemberdayaan segala potensi/asett/modal yang kita miliki untuk membangun kondisi yang lebih ideal sering disebu dengan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA). Pendekatan ini menjadikan individu, komunitas dan social sebagai bagian dari agen perubahan itu sendiri.

Suatu program dikembangkan dengan memfokuskan asset utama apa saja yang ada dan dimiliki suatu komunitas. PKBA sangat cocok diterapkan di sekolah karena Pendekatan ini lebih sederhana dan simple. 

Pendekatan ini lebih memfokuskan terhadap asset apa yang dapat diberdayakan tidak lagi melihat dan focus terhadap masalah apa yang ada dan telah terjadi. 

Setiap tantangan dan rintangan yang menghadang selalu dihadapi dengan kekuatan dan potensi yang dimiliki masing-masing komunitas/individu/sekolah. sehingga solusi yang didapat akan berlaku secara terus menerus dan berkelanjutan. Sekolah sebagai satu komunitas seyogyanya dapat menerapkan pendekatan ini dalam mencapai tujuan dan cita-cita yang sama.

Dalam menerapkan Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) ada beberapa asset yang sering dioptimalkan diantaranya: modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan/alam, modal finansial, modal politik, dan modal agama dan budaya. Setelah melakukan pengidentifikasiaan berikut adalah asset-aset yang dimiliki oleh SD Negeri Ngetuk 01 adalah sebagai berikut:

1.     Modal manusia

a. Guru

 

Guru Profesional (S1 dan S2)

Guru sebagai Instruktur

Guru kreatif dan inovatif

 

c. Murid

 

Heterogen dengan berbagai potensi baik akademik maupun non  akademik

d. Orang tua dan Komite Yang selalu mendukung kebijakan sekolah dan PBM yang berpihak pada murid

 

e. Tenaga Kependidikan

 

 

f. Alumni SDN NGETUK 01 simpatisan yang selalu siap mensukseskan program  sekolah

 

2.    Modal Sosial

 

Aturan sekolah yang  tegas untuk menanamkan  kedispilinan

PGRI dan KKG

Masyarakat sekitar  lingkungan petani

 

3.    Modal Fisik

Ruang kelas yang menampung semua anak didik  Lapangan Upacara dan Olah Raga

Toilet murid, guru, tenaga kependidikan, kepala  sekolah yang terpisah.

Sumber air / sumur

 

4.    Modal Lingkungan/Alam

 

Udara Masih segar karena berada di  lingkungan dataran tinggi dan persawahan

Kebun sekolah

Lahan masih luas dan hijau

Sekolah bersih

Pertanian dan perkebunan

Taman sekolah

5.    Modal Finansial

 

Dana Bos

 

6.    Modal Politik

 

Pemerintahan daerah yang proaktif dan responsive kepada sekolah 

Rapat rutin yang diselenggaran setiap bulan sebagai wadah aspirasi dan  inspirasi setiap warga sekolah

Keamanan (Polisi)

7.    Modal Agama dan Budaya

Perayaan Hari besar Agama

Budaya berbagi untuk menumbuhkan empati

Jumat, 22 April 2022

Koneksi Antarmateri modul 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.


Koneksi antarmateri modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai pemimpin pembelajaran

3.1.a.9. Koneksi Antarmateri

KoneksiWaktu: 2 JP 
Moda:  Mandiri 
Tujuan Pembelajaran Khusus: CGP membuat kesimpulan (sintesis) dari keseluruhan materi yang didapat, dengan beraneka cara dan media.

Kegiatan Pemantik:

Bacalah kutipan ini dan tafsirkan apa maksudnya:

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert

  • Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?
  • Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?
  • Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?

Untuk menunjukkan pemahaman Anda akan kaitan antarmateri ini anda akan membuat rangkuman yang menunjukkan koneksi antarmateri.

  • Buatlah sebuah rangkuman dari proses perjalanan pembelajaran Anda sampai saat ini pada program guru penggerak ini.
  • Anda dapat memilih bentuk rangkuman kesimpulan Anda dengan cara:

  1. menulis sebuah blog dan mengundang rekan-rekan seprofesi Anda untuk memberikan tanggapan atas tulisan Anda, atau
  2. bentuk sebuah presentasi video yang dimuat di media sosial, menggunakan media animasi sederhana, misalnya powtoon atau screencast atau media sosial lainnya.

  • Silakan kirim tautan blog/bahan presentasi yang dimuat di media sosial di blog yang disediakan.
  • Bila Anda tidak ingin menggunakan media sosial, Anda dapat membuat blog atau bahan presentasi kemudian unggah hasil tulisn Anda di Blog yang telah disediakan.
    Anda pun dapat membuat sebuah jurnal akan perjalanan pembelajaran Anda. Akan lebih baik, bila bentuk rangkuman kesimpulan Anda dapat mengundang pihak luar untuk menanggapi tulisan Anda, sehingga ini bisa menjadi umpan balik yang positif akan proses berpikir Anda.
  • Jangan lupa akan tenggat waktu (Hari/Tanggal/Waktu) yang telah ditentukan
  • Di bawah ini ada berbagai pertanyaan panduan yang bisa membantu Anda merangkum pemahaman Anda:

Panduan Pertanyaan untuk membuat Rangkuman Kesimpulan Pembelajaran (Koneksi Antarmateri):

  • Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?
  • Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
  • Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.
  • Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?
  • Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.
  • Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
  • Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?
  • Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
  • Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
  • Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Jawaban dari semua pertanyaan tersebut ada pada screencast di bawah ini.



berikut ini youtube dari koneksi antarmateri dalam bentuk screencast


selamat menyaksikan




 

Kamis, 03 Februari 2022

Laporan aksi nyata budaya positif modul 1.4

 

 

 

 

 

 

 

 

                                                      LAPORAN  AKSI  NYATA

MODUL  1.4  BUDAYA  POSITIF

 

 

Disusun Oleh  :

 

 

 

Nama

Calon Guru Penggerak

Unit Kerja

:

:

:

Nur Zuafah S.Pd

Angkatan 4 Kabupaten Pati

SD Negeri Ngetuk 01 Kecamatan Gunungwungkal

 

 

 

 

 

 

 

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN PATI

2022

 

 

 

A.    Latar Belakang

Budaya positif adalah  nilai yang telah disepakati, yang menjadi kebiasaan bersama yang akan dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Budaya positif merupakan bentuk pembiasaan karakter yang baik, yang terdiri dari beberapa kegiatan dalam rangka untuk menumbuhkan karakter baik peserta didik. Pembentukan karakter bertujuan untuk mewujudkan budaya positif di sekolah. Budaya Positif merupakan salah satu indikator peningkatan mutu sekolah.

Sekumpulan nilai yang melandasi peilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan symbol-simbol yang dilakukan oleh semua warga sekolah adalah pengertia dari Budaya Positif. Untuk dapat mewujudjan budaya positif di sekolah, diperlukan kolaborasi dan sinergitas antara semua unsur yang ada disekolah. Semua harus mampu melaksanakan suatu perubahan positif yang dilaksanakan secara berkesinambungan penuh komitmen demi terwujudnya visi murid impian dan sekolah impian.

Budaya positif yang dibangun dalam suatu kelas akan berdampak pada budaya positif di lingkungan sekolah. Komitmen pelaksanaan budaya positif harus dimulai sejak dini. Peran Guru Penggerak adalah menggerakkan agar budaya positif dalam membudaya. Kegiatan yang mencerminkan budaya positif diantaranya adalah bekerjasama, kolaboratif dengan rekan sejawat, hubungan yang harmonis dan akrab antara guru dengan peserta didik maupun dengan orang tua wali murid, sikap disiplin penuh tanggung jawab yang dapat di contoh oelah orang lain. Membangun budaya positif di sekolah dapat diawali dengan membangun budaya positif di kelas melalui komonkasi yang efektif. :

 

B.     Deskripsi Aksi Nyata

Kegiatan aksi nyata dilaksanakan selama 4 minggu dengan tahapan sebagai berikut

1.      Persiapan

Pada Minggu Pertama, kegiatannya adalah membangun komunikasi dengan Kepala Sekolah terkait pentingnya penerapan budaya positif, yang didahului penerapan dari diri seorang guru kemudian siswa baik di dalam kelas maupun lingkungan sekolah. Selanjutnya melakukan pengimbasan kepada seluruh rekan sejawat sekaligus menyamakan persepsi tentang strategu penerapan budaya positif.

 

2.      Pelaksanaan

Pada minggu kedua, melaksanakan aksi pada kelas luring kelompok belajar  kegiatan Penilaian Akhir Semester Gasal. Dimulai dengan membuat kesepakatan kelas. Setelah kesepakatan kelas dibuat maka kesepakatan kelas tersebut menjadi keyakinan kelas. Berikut ini keyakinan kelas 5 SD Negeri Ngetuk 01 yang disepakati secara bersama oleh seluruh warga kelas 5 SD Negeri Ngetuk 01:

a.       Senantiasa menjaga kebersihan.

b.      Bekerja sama dengan baik dan rukun.

c.       Selalu menjaga keamanan dan kedamaian kelas.

d.      Selalu rajin belajar dan disiplin

Keyakinan kelas ini diharapkan untukdapat diimplementasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di kelas maupun di sekolah.

3.      Pengumpulan Data

Pada minggu ketiga saya mengumpulkan data sebagai bahan menyusun laporan aksi nyata.

4.      Pelaporan

Minggu keempat menyusun laporan kegiatan sesuai dengan alur budaya positif pada modul 1.4

 

C.    Hasil Aksi Nyata

Hasil yang dapat dirasakan dari penerapan budaya positif pada kegiatan pembelajaran di sekolah adalah:

1.      Respon positif dari peserta didik dan orang tua murid.

2.      Kegiatan belajar berjalan nyaman dan bermakna.

3.      Lingkungan tempat belajar selalu bersih.

4.      Anak menjadi lebih disiplin

5.      Kerja sama antar kelompok lebih kompak dan terarah karena setiap anak merasa menjadi bagian dari kelompok tersebut.

 

D.    Refleksi Kegiatan

Tindakan dari kegiatan aksi nyata adalah sebagai berikut:

1.      Satu anak masih terlambat datang kesekolah selama 2 hari.

2.      Penanaman sebuah karakter dan keyakinan tidak serta merta langsung dapat dilihat seketika akan tetapi masih perlu proses sehingga untuk mencapai sebuag karakter perlu adanya konsistensi dan pengulangan yang berlanjut.

 

E.     Rencana Tindak Lanjut

Hal yang masih perlu diperbaiki dalam penerapan budaya positif dalam kegiatan aksi nyata saya adalah :

1.      Meningkatakan disiplin waktu

2.      Menginternalisasi keyakinan kelas ke dalam diri siswa agar menjadi sebuah karakter yang baik dengan teladan dan penggulangan pengulangan kegiatan positif.

 

F.     Dokumentasi


Membuat kesepakatan dengan menuliskan hal yang mereka harapkan dapat terwujud di kelas

 

 

 

 

 



Menempel kesepakatan kelas di kertas keyakinan kelas

 

 

Penandatangan keyakinan kelas

 


 

 



Best Team salah satu trik agar anak menjaga keyakinan kelas tentang kerja sama

Koordinasi dengan kepala sekolah mengenai aksi nyata

 

Kolaborasi bersama rekan sejawat


Dokumentasi pelaksanaan sosialisasi aksi nyata dalam bentuk video

https://www.youtube.com/watch?v=lv7QGo56W8M&t=23s